Pubikasipendidikan.Com|KUPANG – Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945, Umat Hindu Kota Kupang kembali menggelar Pawai Ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh yang dimaknai oleh umat Hindu sebagai presentasi sifat buruk di dalam diri manusia diarak keliling sepanjang jalan El Tari, kemudian dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia. Pawai Ogoh-ogoh sudah menjadi agenda rutin Umat Hindu Kota Kupang yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Kupang, meskipun sejak tahun 2020 tidak digelar akibat pandemi covid 19.
Pejabat Wali Kota Kupang George M. Hadjoh, hadir langsung untuk melepas peserta pawai Ogoh-ogoh di Jalan El Tari Kupang, tepat di depan Kantor Gubernur NTT.
Hadir dalam acara tersebut Forkopimda Kota Kupang, para Staf Ahli Wali Kota, Asisten Sekda, pimpinan perangkat daerah, para camat dan lurah, FKUB dan para tokoh agama Hindu di Kota Kupang.
Dalam sambutannya Pj. Walikota Kupang menyampaikan bahwa penyelenggaraan Pawai Ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Hari raya Nyepi Umat Hindu hari ini adalah satu bukti bahwa Kota Kupang adalah miniatur Indonesia, kota dengan toleransi terbaik yang menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan. Acara hari ini menurutnya merupakan sebuah fakta yang memberi pesan pada semua orang tentang bagaimana kerja kolaborasi yang melibatkan semua pihak, baik itu institusi pemerintah, swasta, komunitas lintas agama, pemuda dan masyarakat Kota Kupang, bersama-sama terlibat dan mendukung untuk menyukseskan pawai ogoh-ogoh.
“Hari ini adalah bukti bahwa bagaimana kita mengimplementasikan sikap iman kita sebagai umat beragama yang sedang membangun toleransi ini secara bersama-sama dengan kekayaan dan keanekaragaman budaya yang kita miliki,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan Pawai Ogoh-ogoh tahun ini begitu luar biasa, karena menandakan kebangkitan setelah 3 tahun lamanya dilanda pandemi covid-19, yang melumpuhkan hampir semua sektor kehidupan. Acara hari ini juga mau menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa Pawai Ogoh-ogoh Umat Hindu merupakan sebuah ritual keagamaan dan kekayaan budaya Nusantara yang ada di Kota Kupang.
Menurutnya momentum kali ini adalah titik penting, strategis dan sangat bermakna bagi Kota Kupang dan Indonesia, karena dalam waktu yang hampir bersamaan Umat Muslim juga akan memasuki bulan puasa, umat Hindu akan menjalani ibadah Nyepi dan di saat yang sama umat Katolik memasuki masa Advent. Masyarakat Kota Kupang diimbau untuk mendukung upaya-upaya untuk membangun dan menjaga toleransi sesama anak bangsa di Kota Kupang. Kebersamaan menurutnya akan menjadi kekuatan yang mendorong terciptanya percepatan pembangunan di Kota Kupang.
Ketua Panitia Pawai Ogoh-ogoh, dr. I Wayan Ari Wijana S. Putra, dalam laporannya menyampaikan bahwa Pawai Ogoh-ogoh tahun 2023 adalah momentum yang telah dinanti-natikan oleh Umat Hindu di Kota Kupang dan sekitarnya, karena sejak pandemi tahun 2020 tidak lagi menyelenggarakan ritual keagamaan seperti ini.
Ditambahkannya, sehari sebelum diselenggarakan Pawai Ogoh-ogoh tersebut, di sepanjang jalan El Tari panitia memasang Penjor yang merupakan pelambangan dari naga basukih, yang memiliki makna kesejahteraan dan kemakmuran. Penjor menurutnya merupakan simbol gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Pawai Ogoh-ogoh tahun 2023 diikuti oleh 13 Tempekan (Rayon) dari 19 tempekan yang tersebar di Kota Kupang, ditandai dengan barisan Gebogan ibu-ibu (Pemikul buah).
Atas nama umat Hindu di Kota Kupang, dr. Ari menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Kupang, Pemuda Gereja, Pemuda Ansor dan semua pihak yang membantu suksesnya kegiatan pawai ogoh-ogoh dalam rangka menyambut perayaan Hari Raya Nyepi Umat Hindu Tahun baru Saka 1945. “Semoga kebersamaan ini memperkuat tali persaudaraan dan mempertegas predikat Kota Kupang sebagai kota terindah toleransinya,” pungkasnya.
Alberto