Sebagai Praktek Mata Kuliah, Prodi Sejarah Undana Mengobservasi di Wilayah Kekuasaan Raja Sobe Sonbai III

 

Foto Sebagai Praktek Mata Kuliah, Prodi Sejarah Undana Mengobservasi di Wilayah Kekuasaan Raja Sobe Sonbai III

PublikasiPendidikan.com – Kupang ||Program Studi(Prodi)Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan(FKIP), Universitas Nusa Cendana(Undana) Kupang melakukan kemah Kuliah Lapangan dengan tema “Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Bagi Generasi Muda Era Revolusi Industri 5.0” di Kerajaan Oenam yang letaknya di wilayah Desa Kauniki, Kecamatan Takari, kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur(NTT), kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa/i Program Studi Sejarah yang berlangsung selama 10 November sehingga 12 November 2022.

Untuk wilayah Timor Barat di zaman dahulu, Sobe Sonbai III adalah Raja yang sangat berpengaruh. Ia adalah Kaisar Kerajaan Oenam di Kauniki. Orang mengenalnya sebagai Raja yang hingga akhir hayatnya tidak pernah sekalipun menandatangani perjanjian takluk kepada Belanda. bersama dengan seluruh rakyatnya dan para Meo atau panglima perang, mereka membangun 3 benteng pertahanan, antara lain:-

Benteng Fatukona dijaga oleh Meo Kusi Nakbena.

Benteng Fatusiki di Desa Oelnaineno dijaga oleh Meo Totosmaut.

Sebagai salah satu anak/cucu turunan Sonbai, Dextra Piterson Mayok, ketika di temui wartawan(12/11/2022) ia mengatan, “Sebagai salah satu Desa yang berbudaya, kami sangat bersyukur dan berterimakasih atas kedatangan ini tentu membawa sebuah perubahan,membawa suatu ilmu yang baru, serta sebuah pandangan baru sehingga kami bisa berubah.” nah memang kalau kita lihat tentang tempat ini ia mempunyai Sejarah yang sangat luar biasa dikarenakan pusat kerajaan Oenam yang letaknya di Kauniki ini, jelas Dextra.

Masih Dextra, terjadi perubahan pola tata budaya, struktur adat, kita lihat bahwa terkait perkembangannya zaman dengan masuknya teknologi serta banyak faktor sehingga terjadinya perubahan-perubahan itu di wilayah kerajaan ini, tandasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia pelaksana kegiatan, Adeanggi Ingunau atau yang akrab disapa Anggi ini menambahkan bahwa, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan program studi yang dimana selama 3 tahun terakhir ini tidak terlaksana di karenakan Covid-19. dari itu, “kami panitia tidak memiliki bekal yang kuat untuk kuliah lapangan ini tetapi karena dukungan dari Program Studi sehingga membuat kami panitia memiliki semangat yang sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan ini.

Lanjutnya, berkaitan dengan kuliah lapangan ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat luar biasa bagi Mahasiswa/i Program Studi Sejarah dikarenakan dalam pembelajaran Sejarah memiliki teori-teori yang berkaitan dengan Sejarah maka kali ini, kita langsung turun ke lokasi bersejarah untuk Mengamati, Mengobservasi, dan mengambil Kesimpulan dari lokasi penelitian yang bersejarah ini lewat bukti-bukti Sejarah yang ada.

Masih Anggi, “ini juga merupakan hal utama yang kami Observasi dan teliti terkait dengan, Sejarah Kerajaan Oenam yang di dalamnya terdapat masa pemerintahan Raja Sobe Sonbai III, Sejarah perang Bipollo dan ini tentunya sebagai pendukung dalam salah satu mata kuliah Program Studi Sejarah yaitu Sejarah NTT. maka itu, kami dari Prodi Sejarah melakukan kegiatan ini guna untuk mengetahui bagaimana kita turun langsung ke lapangan khususnya daerah-daerah NTT untuk menggali setiap kejadian-kejadian Sejarah yang ada.

“Kegiatan ini berlangsung cukup baik karena didukung dari semua pihak baik pemerintah setempat, pihak Kerajaan maupun instansi Prodi Sejarah maupun Fakultas FKIP” dalam kegiatan ini, kami sebagai panitia juga memiliki tantangan sendiri yaitu keadaan alam yang tidak mendukung karena sering terjadi hujan dan semuanya itu dilalui dengan baik,” imbuhnya.

Selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, Valentino Manuwain dalam arahannya menyampaikan bahwa, “Sesuai dengan Alur dari hidupnya kebudayaan di daerah NTT oleh karena itu, kita sebagai Mahasiswa/i Sejarah ini adalah orang-orang yang cinta akan budaya, kita harus mengkaji langsung atau observasi sehingga bukan hanya teori saja yang kita dapat tetapi bagaimana kita bisa membuktikan bahwa teori itu nyata,” ungkapnya.

Kita yakin bahwa teori-teori yang kita lihat dalam buku itu bisa dibuktikan melalui kuliah lapangan, “hasilnya adalah mahasiswa tidak hanya terpaku dengan teori tetapi mereka juga bisa melihat lewat Observasi dan Sejarah itu benar ada,”tambahnya.

Saya sangat bangga dan berterimakasih kepada teman-teman semua yang mengambil bagian didalam menyukseskan kegiatan kuliah lapangan khususnya kepada pihak Program Studi(Prodi), yang selalu ada memotivasi dan mendukung kami sepenuhnya.

“Yang terjadi selama kegiatan kita ini berlangsung dan menjadi pelajaran penting bagi kita semua adalah bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya adalah manusia yang dewasa serta berbudi. sampai kapanpun manusia akan dapat menghasilkan karya. demikian untuk menumbuhkan kesadaran Sejarah dan kita sebagai orang-orang Sejarah harus patut dan menjaga kelestarian budaya yang ada dalam nilai Sejarah,” tutupnya.

Disela-sela itu, Ibu Ketua Prodi(Kepro) Sejarah, Fransina A. Ndoen, S.Pd., M.Pd dalam sambutannya menyampaikan bahwa “sebenarnya kegiatan itu bermanfaat untuk Mahasiswa karena didalam Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka(KMBKM) salah satu komponen adalah bagaimana Mahasiswa bisa Bersosialisasi didesa dan itu yang menjadi alasan Kuliah Lapangan,” jelas Ibu Kepro itu, ketika di konfirmasi media ini,(14/11/2022).

Lanjutnya, kegiatan Kuliah Lapangan ini merupakan kegiatan wajib Program Studi(Prodi), dengan harapan bahwa dapat menumbuhkembangkan kesadaran Mahasiswa tentang Sejarah, Budaya, serta Mahasiswa bisa peduli dengan lingkungan.

“Mahasiswa itu lebih memaknai setiap proses dan dinamika yang terjadi saat kegiatan Kuliah Lapangan itu berlangsung dan Mahasiswa harus benar-benar memahami dinamika yang terjadi itu ditinjau dari aspek akademis,” kesannya.

Masih Kepro itu, “sebenarnya mahasiswa harus memaknai bahwa Pengamatan kita dilapangan itu bagian dari Aktualisasi Materi atau topik-topik yang sudah pelajari di Mata Kuliah, Sejarah Daerah NTT, Sejarah Kebudayaan Prasejarah, jadi mahasiswa harus memaknai bahwa Kegiatan Kuliah Lapangan itu adalah Praktek dari Mata Kuliah yang sudah pernah pelajari di Kampus,” paparnya.

“Sebagai pimpinan prodi saya mengapresiasi panitia dan kita semua karena kegiatan kita berhasil dan selesai dengan baik, biarnya dinamika yang terjadi selama kegiatan kita menjadi pelajaran penting bagi kita semua dan mari kita memaknai setiap momen secara positif, semua kekurangan marilah kita merefleksi untuk memperbaiki di masa yang akan datang,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

error: Content is protected !!